Mengenal Kebudayaan Minahasa
Apa yang Anda ketahui tentang Minahasa? Minahasa adalah salah suku yang ada di pulau Sulawesi. Ragam kebudayaannya cukup unik dan sangat layak untuk dipublikasikan ke dunia internasional.
Sebuah kebudayaan yang sangat kaya dengan kearifan warna lokal, yang masih bertahan sampai saat ini. Dan fakta terbaru menyatakan bahwa ternyata kebudayaan Minahasa mempunyai corak yang sama dengan masyarakat di negara Filipina.
Hubungan antara Minahasa dan Filipina
Menurut fakta penyelidikan dan penelitian kebudayaan dari para antropolog dunia, pada sekitar abad ke-16 orang-orang dari negara Filipina hijrah ke pulau Sulawesi dan mengadakan perdagangan yang akhirnya membentuk koloni dan membaur dengan masyarakat setempat.
Kaum pendatang sendiri di Minahasa disebut dengan kaum Kuritis dan kaum Lawangirung. Keduanya memiliki ciri-ciriyang unik yaitu berambut keriting dan berhidung pesek.
Sementara itu, penduduk asli Minahasa sendiri disebut dengan kaum Malesung yang terdiri dari Tonsea, Tombolu, Tompakewa Tolour, Bantean, Tongsewang, dan Suku Bantik. Mereka memiliki bahasa daerahnya masing-masing.
Jumlah bahasa daerah yang masih digunakan di Minahasa sampai sekarang ada sekitar enam bahasa, yaitu bahasa Tontemboan, bahasa Tombolu, bahasa Tonsea, bahasa Tondano, bahasa Bantik, dan Bahasa Tonsawang (yang lebih mirip bahasa Melayu) karena suku Sawang merupakan suku Melayu.
Orang-orang Minahasa juga mempunyai ikatan darah yang cukup kuat dengan orang Filipina dan orang Jepang. Mereka sama-sama berkerabat dan keturunan bangsa Mongol yang tinggal di daratan Cina.
Hal itu dapat kita liat dari mata mereka yang agak sipit, rambut mereka yang lurus lembut, tulang pasar mereka yang agak rata, dan berhidung pesek juga kulit mereka yang kuning kecokelatan.
Keenam bahasa daerah yang masih digunakan sampai sekarang pun masih serumpun dengan bahasa Tagalog di Filipina. Oleh karena itu, jangan heran jika ada beberapa kosakata dalam bahasa Tonnsawang yang notabene bahasa Melayu juga mengadaptasi bahasa Tagalog di Filipina.
Menurut cerita dan mitos yang menyebar dikalangan orang Minahasa, dikatakan bahwa nenek moyang orang Minahasa adalah Opo Toar dan Opo Lumimuut yang mempunyai cerita dengan berbagai versi. Dan ternyata, dari berbagai versi-versi cerita tersebut juga menyebar di Filipina sebagai cerita rakyat.
Kepercayaan Suku Minahasa
Bentuk kepercayaan dari suku Minahasa pun merupakan warisan budaya yang luhur yang masih dipertahan sampai sekarang. Hal ini dapat kita lihat dari bentuk rumah adat mereka. Rumah adat Minahasa merupakan rumah kayu dalam bentuk panggung yang terdiri dari dua tangga yang ada di depan rumah.
Menurut kepercayaan mereka, peletakan tangga tersebut untuk melinglungkan roh jahat yang akan masuk ke dalam rumah. Jika ada setan masuk dengan tangga yang satu maka dia akan turun kembali dengan tangga yang satunya lagi.
Dalam kepercayaan orang Minahasa, terdapat beberapa macam istilah yang digunakan untuk menyebut para pemuka agama. Misalnya, dalam golongan Makasiow pemuka agama disebut Walian atau Tonnas.
Sedangkan golongan Makatelu pitu disebut pengatur atau pemerintah desa. Mungkin kepala desa atau kepala suku untuk lebih jelasnya.
Walian atau Tonas terdiri dari sembilan orang yang merupakan pengatur keseimbangan alam dan dunia spiritual. Sedangkan Tonas bertugas memerintah masyarakat yang mengatur hubungan antar sesama manusia.
Sistem Pemerintahan
Dalam kebudayaan suku Minahasa yang sangat demokratis, tidak pernah terbentuk kerajaan. Kepala pemerintah adalah kepala keluarga yang disebut dengan Padean Tua atau patuan. Patuan atau panutan merupakan orang yang dituakan dan dianggap paling bijak dalam mengambil keputusan.
Mereka akan merundingkan segala sesuatu jika akan menyelesaikan sebuah urusan, baik masalah dalam perselisihan atau masalah dalam membuka lahan baru untuk pertanian.
Seorang Patuan tidak boleh memerintah secara sewenang-wenang terhadap anggota masyarakatnya karena dia dipilih atas kebijakan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, budaya demokrasi sudah mengakar dalam kehidupan masayarakat minahasa selama berabad-abad.
Karena sistem pemerintahan berjalan dengan demokratis dan masyarakatnya yang multietnis maka rasa persaudaran antarpemeluk agama terjalin dengan baik, baik di Minahasa maupun di Kota Kawangkoan.
Kawangkoan terkenal sebagai kumpulan pedagang atau saudagar. Bahkan, dikenal sampai sekarang. Mereka biasanya adalah para pencari besi tua.
Budaya Brantang
Salah satu jenis kebudayaan Minahasa yang paling terkenal adalah budaya Brantang, yaitu acara makan bersama dalam rangka silaturahmi antara keluarga yang dilakukan jika ada kematian dalam keluarga.
Sehari setelah upacara penguburan mayat, acara Brantang pun dimulai. Biasanya saudara-saudara jauh akan datang dan membayar sejumlah uang sebagai rasa bela sungkawa, lalu dipersilahkan untuk makan sepuasnya.
Upacara Brantang akan diadakan sehari penuh dari pagi sampai malam bahkan kadang sampai pagi lagi jika memang tamu yang datang masih banyak. Upacara semacam ini masih diadakan sampai sekarang, terutama di desa-desa terpencil dan masih kuat dengan budaya lokal.
Kebudayaan Minahasa adalah salah satu keunikan budaya yang ada di Indonesia. Masih banyak lagi jenis kebudayaan lainnya yang harus kita ketahui dan kita pelajari agar kita semakin mengenal negara kita Indonesia.
Ingat, Minahasa hanyalah salah satu etnis dan suku di Indonesia, sementara jumlah suku yang ada di Indonesia sangatlah banyak bahkan mencapai ratusan suku. Pastinya terbayang kan, bila satu suku saja memiliki kebudayaan yang demikian beragam, bagaimana bila jumlahnya ratusan suku?
Oleh karena itu, kita harus bangga dengan hal tersebut. Kebanggaan itu bisa kita wujudkan dengan cara bersikap saling menghargai perbedaan, sikap hormat – menghormati dengan tradisi dan kebiasaan yang berbeda serta bersama – sama berkomitmen untuk terus merawat dan melestarikan kebudayaan lokal tersebut agar tetap terjaga keberadaannya dan tidak punah ditelan majunya jaman.
Semoga ulasan singkat tentang kebudayaan Minahasa tersebut diatas bisa bermanfaat untuk kita semua.
Posting Komentar untuk " Mengenal Kebudayaan Minahasa"