Esai Budaya: Unsur-Unsur Budaya
Esai budaya merupakan kajian yang tidak pernah bisa habis oleh kita sebagai umat manusia, untuk dibicarakan dan akan selalu dibicarakan. Semakin kita menelusurinya, akan semakin menarik dan tidak jarang kita menemukan kajian yang menarik seputar budaya yang pelaku utamanya adalah manusia.
Budaya
Dalam bahasa Inggris, budaya disebut “culture” yang juga berasal dari bahasa latin, yaitu “Colere”, dan bila diartikan ke dalam bahasa Indonesia secara luas, yaitu mengerjakan atau mengolah.
Sedangkan kata “budaya” sendiri diambil dari bahasa Sansekerta yaitu "buddhayah" yang berarti akal atau budi.
Budaya sendiri adalah suatu cara hidup pada suatu peradaban yang diwakili oleh manusia sebagai pemeran utama dari pelaku budaya tersebut.
Budaya juga merupakan suatu sistem hidup yang menyeluruh, kompleks, dan luas, karena dari segala aspek kehidupan manusia tersebut meliputi banyak kegiatan yang dilakukan oleh manusia hingga membentuk masyarakat.
Ciri dari budaya itu sendiri adalah adanya tingkah laku, komunikasi di antara manusia itu sendiri hingga tercipta suatu kehidupan yang di dalamnya mempunyai banyak unsur yang juga rumit, termasuk di dalamnya adalah sistem agama dan politik, adat istiadat, perkakas, pakaian, bangunan, dan lain sebagainya. Pokoknya, segala aspek budaya itu harus dapat menunjang kebutuhan manusia itu sendiri.
Unsur Budaya
Menurut seorang ahli budaya yakni Melville J. Herskovits, budaya haruslah memiliki empat unsur, yaitu:
- Alat-alat teknologi
- Sistem ekonomi
- Keluarga
- Kekuasaan politik
Keempat unsur itu harus ditunjang dan dilingkupi oleh sistem norma yang harus dijalankan dan ditaati oleh para masyarakat pelaku dari budaya itu sendiri.
Lalu yang tidak kalah pentingnya adalah segala unsur penunjang kehidupan masyarakat berupa ekonomi, alat-alat atau lembaga, dan suatu kekuatan untuk tunduk patuh pada suatu peraturan, atau yang kita kenal luas sebagai politik.
Budaya sebagai satu syarat terbentuknya tatanan masyarakat ini haruslah membentuk suatu gagasan, nilai-nilai kehidupan, dan norma.
Kesimpulannya, setiap masyarakat harus memperlihatkan pemikiran-pemikiran yang dipondasikan untuk generasi selanjutnya. Setelah pemikiran itu terbentuk maka suatu tindakan atau aktivitas akan segera diambil untuk saling berinteraksi, dan mengadakan kontak dengan warga masyarakat lainnya.
Unsur lainnya yang menunjang budaya itu ada adalah adanya suatu karya berupa hasil dari aktivitas manusia. Entah itu karya seni atau karya yang bisa dipergunakan oleh manusia. Karya ini sifatnya sangat konkret karena karya ini berupa benda yang bisa dilihat, diraba, serta didokumentasikan.
Pada dasarnya, budaya adalah suatu sarana yang dipergunakan manusia untuk mengetahui seluas-luasnya tentang ilmu pengetahuan yang akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri dalam pemikiran, pola perilaku, bahasa, religi, juga seni yang kedepannya akan membantu manusia di dalam suatu masyarakat untuk menata dan melangsungkan kehidupannya.
Ragam Manusia dan Budaya Indonesia
Seperti yang kita pahamai bahwa Indonesia terkenal dengan ragam budayanya. Budaya lokal, daerah, hingga nasional, menyatu hingga menjadi budaya Indonesia yang beragam dan penuh warna.
Tidak hanya soal budaya nya saja, masyarakatnya pun sangat beraneka ragam. Dari jenis kulit, bahasa, kebiasaan, kesenian, hingga sejarah daerah masing-masing. Manusia dan budaya, meski telah tertelan waktu, akan selalu bersinggungan. Begitupun, dengan manusia dan budaya Indonesia.
Perubahan Manusia Akibat Perubahan Zaman
Perubahan zaman bisa membuat apapun berubah, termasuk manusia. Namun, dengan adanya budaya, manusia bisa bercermin tentang bagaimana asal-usul hidupnya.
Seorang anak yang hidup di perkotaan dan tidak pernah bersentuhan dengan budaya aslinya, tetap saja berarti bahwa anak tersebut memiliki budaya. Tarian, pakaian, makanan, kerajinan, kesenian, dan lain-lain, semuanya telah dimiliki tiap-tiap daerah di Indonesia sebelum Indonesia bersatu.
Pengaruh Budaya Asing Terhadap Budaya Indonesia
Kebudayaan di Indonesia dipengaruhi pula oleh kebudayaan asing. Oleh karena itu, banyak percampuran antara budaya Indonesia dengan budaya asing.
Namun, pada akhirnya mendarah daging menjadi budaya Indonesia. Misalnya, pakaian adat Betawi yang digunakan saat pernikahan. Pakaian tersebut merupakan campuran budaya Tionghoa dan Arab.
Pakaian pengantin wanita terpengaruh budaya Tionghoa, sedangkan pakaian pengantin laki-laki terpengaruh budaya Arab. Dari warna pakaiannya pun, bisa terlihat. Merah dan emas adalah warna yang identik dengan masyarakat Tionghoa.
Campuran seperti ini tentunya sudah terjadi sejak dulu, saat Indonesia didatangi negara lain. Budaya pun ikut memberi pengaruh terhadap budaya daerah dan masyarakatnya.
Selain pakaian pengantin, ada tarian yang merupakan hasil akulturasi atau percampuran budaya. Tari seudati yang berasal dari Aceh merupakan sebuah tarian yang terpengaruh oleh budaya Melayu dan Arab, khususnya budaya Islam. Saat agama Islam masuk ke Aceh, budayanya ikut mempengaruhi tarian, termasuk tari seudati.
Tari seudati sendiri berasal dari kata syahadat yang berarti 'pengakuan terhadap Allah dan Nabi Muhammad'. Syair-syair yang dibawakan dalam tarian ini pun menggunakan bahasa Arab dan Melayu. Dengan dialek Aceh yang khas saat mendendangkan syair tersebut, tarian ini menjadi budaya akulturasi yang indah.
Bahasa juga tidak terlepas dari kekayaan budaya Indonesia. Pada 2009, disebutkan ada sekitar 750 bahasa daerah di Indonesia. Namun, dari banyaknya bahasa daerah di Indonesia, belum semuanya diteliti.
Mungkin masih ada lagi bahasa daerah di Indonesia, mengingat banyaknya suku pedalaman yang tidak terjangkau dunia luar. Untuk menyatukan perbedaan tersebut, terbentuklah bahasa Indonesia yang diakui pada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928.
Indonesia Bersatu
Meskipun kaya dengan budaya daerah, Indonesia berhasil bersatu, termasuk dari segi bahasa. Dengan Sumpah Pemuda, bahasa Indonesia menjadi penghubung masyarakat Indonesia. Selain pakaian adat, tarian, dan bahasa, masih banyak ragam budaya Indonesia.
Berbagai daerah yang ada di Indonesia pun ikut membedakan manusia-manusianya. Tiap-tiap individu di setiap daerah memiliki sejarah nenek moyangnya. Meski keragaman tersebut ikut membedakan manusianya, Indonesia tetap satu.
Seperti halnya semboyan Bhineka Tunggal Ika, meski berbeda tetapi satu jua. Semboyan ini sangat tepat dan harus selalu diingat oleh masyarakat Indonesia. Kalau tidak, bagaimana Indonesia bisa bersatu?
Demikianlah ulasan singkat tentang Esai Budaya: Unsur-Unsur Budaya, semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.
Posting Komentar untuk "Esai Budaya: Unsur-Unsur Budaya"