Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nama Waktu Sehari Semalam Dalam Kebudayaan Sunda

 

 image by pixabay

Indonesia terdiri dari berpuluh suku yang hingga sekarang dibagi dalam 38 Provinsi. Indonesia sering disebut negara yang sangat kaya, dari sumber daya alam, sumberdaya manusia dan kebudayaannya. 

Berbagai macam kebudayaan sangat kental dari mulai kebudayaan Jawa, kebudayaan Sunda, kebudayaan Minang, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Terbentang dari sabang sampai Merauke

Berbagai kebudayaan ini memperkaya khazanah Nusantara. Tidak bisa dipungkiri banyak negara tertarik dengan kebudayaan-kebudayaan ketimuran ala Indonesia.

Indonesia memiliki beragam kebudayaan karena memiliki banyak suku bangsa yang mendiami daerah Indonesia. Keragaman ini muncul bukan baru-baru ini, melainkan dari ratusan tahun yang lalu. 

Kehidupan zaman dahulu tidak bisa dianggap remeh karena menghasilkan produk-produk yang elegan. Lihat saja Candi Borobudur dibangun dengan arsitektur yang menakjubkan. Berbagai macam punden berundak, batu tulis sudah banyak ditemukan sebagai produk masa lalu.

Adanya produk budaya ini tidak akan lepas dari pemikiran-pemikiran orang pintar pada zamannya. Mereka tidak akan bisa mendirikan bangunan, bertahan hidup jika tidak mempunyai ilmu yang cukup. 

Banyaknya bangunan tempo dulu yang masih berdiri menandakan bahwa ilmu arsitektur yang dimiliki tidak kalah dari orang jaman sekarang. 

Sistem sosial kemasyarakatan pun banyak yang dipakai hingga sekarang, misal sistem pemerintahan. Dalam kesehariannya pun masyarakat sudah mengenal ilmu astronomi, yaitu bagaimana mereka bisa menentukan kapan waktu bekerja kapan waktu istirahat sudah teratur.

Sehari Semalam dalam Kebudayaan Sunda

Pengaplikasian ilmu astronomi sudah dipakai oleh orang sunda sejak jaman dahulu. Orang sunda sudah mempunyai patokan tersendiri untuk mengatur waktu selama sehari semalam. 

Bukan hanya ilmu astronomi saja yang dipakai untuk menghitung waktu sehari semalam, ilmu geologi pun sudah diterapkan. Penetapan ini sangat kental dengan ciri-ciri alam, karena alamlah yang menjadi sahabat dan alam pun bisa memberikan tanda-tanda untuk menjalani kehidupan.

Penamaan waktu yang ada dalam kebudayaan Sunda berpatokan pada keberadaan binatang sekitar, apa yang dirasa dan apa yang didengar oleh mereka. Pembagian waktu di atas dilakukan berdasarkan dua hal, yaitu tanda alam yang dirasakan dan didengar dan petunjuk matahari. 

Pembagian waktu yang dilakukan berdasarkan tanda alam mencakup wanci tumorek-wanci haliwar dan sareureuh gaang-teungah peuting. Pembagian waktu yang dilakukan berdasarkan matahari mencakup balebat-sareupna/harieum beungeut.

Berikut adalah nama waktu yang digunakan dalam kebudayaan sunda, yaitu:

1. Wanci (Waktu) Tumorek

Disebut tumorek karena saat inilah orang sedang tertidur pulas. Tumorek itu sendiri berasal dari kata torek yang berarti tidak dapat mendengar apa-apa. Semua orang sedang istirahat dan tidak terdengar apapun. Waktu ini diperkirakan pada pukul 00.30.

2. Wanci (Waktu) Janari Leutik

Disebut janari leutik, karena sudah melewati waktu tengah malam yang sering disebut dini hari. Perkiraan waktunya kira-kira pukul 01.30 dini hari.

3. Wanci (Waktu) Janari Gede

Waktu ini menunjukan ketika hari sudah menuju pagi, perkiraan sekitar pukul 02.00.

4. Wanci (Waktu) Disada Rorongkeng

Kadang kita mendengar atau mungkin pernah mendengar ayam yang berkokok dua kali pada dini hari. Waktu ini menunjukkan ketika ayam berkokok sebanyak satu kali saja. Perkiraan waktu sekitar pukul 02.30

5. Wanci (Waktu) Haliwar

Setelah ayam berkokok satu kali maka tidak lama kemudian sekitar setengah jam setelah itu, ayam akan kembali berkokok sebanyak dua kali atau lebih.

6. Balebat

Balebat ini adalah waktu ketika terbit fajar. Kalau dalam ajaran Islam, ini sudah masuk waktu subuh, ketika matahari hampir menampakkan cahayanya. Perkiraan waktunya sekitar pukul 04.30 sampai dengan pukul 05.00.

7. Carangcang Tihang

Langit yang semula pekat, sudah mulai terang sedikit demi sedikit. Suasana malam masih terasa, tetapi kita sudah bisa membedakan benda yang ada di hadapan kita dengan pandangan mata. Waktu ini tidak lama, berlangsung sekitar 10 menit, dimulai sekitar pukul lima pagi.

8. Murag Ciibun/Meletek

Menurut ilmu kesehatan, waktu ini merupakan waktu yang baik untuk menghirup udara pagi. Kandungan oksigen yang belum terkontaminasi polusi udara masih terasa segar. Matahari sudah mulai tampak untuk menyambut pagi. 

Murag Ciibun menandakan air embun yang mulai berjatuhan. Disebut demikian karena biasanya kita dapat melihat bulir-bulir embun yang berjatuhan di daun. Meletek menandakan matahari yang baru keluar.

9. Haneut Moyang

Ternyata orang zaman dahulu pun sudah sadar dengan kesehatan dengan memanfaatkan cahaya matahari pagi. Ungkapan haneut moyan bisa diartikan waktunya untuk berjemur di pagi hari. 

Seperti banyak penelitian yang sudah dilakukan sekarang bahwa sinar matahari pagi mempunyai khasiat yang berguna bagi tulang dan kulit karena matahari megandung sinar ultra violet dengan kandungan vitamin D yang baik untuk kesehatan.

10. Rumangsang

Jika diibaratkan dengan jam, kira-kira waktu ini sama dengan pukul 9 hingga 11. Kenapa disebut rumangsang, karena cahaya matahari sudah mulai terasa panas. Beda halnya dengan haneut moyan, saat ini sinar matahari sudah mulai tidak baik bagi kesehatan.

11. Pecat Sawed

Pecat sawed lebih spesifik dan sering dikhususkan untuk kerbau. Saat ini adalah waktunya kerbau dilucuti sawed-nya (sesuatu yang menempel pada leher kerbau yang dipakai untuk menarik garu atau wuluku). Waktunya pukul 11.00, kalau diasosiasikan pada saat sekarang adalah waktunya untuk istirahat.

12. Manceran

Ketika matahari tepat di atas ubun-ubun, maka waktu itu disebut waktu manceran, sudah jelas ini pukul 12 siang, atau disebut tengah hari.

13. Lingsir Ngulon

Matahari mulai bergerak ke barat, meskipun suasana panas tapi sudah tidak sepanas waktu tengah hari, berlangsung kira-kira sampai pukul 14.00 atau lebih.

14. Panonpoe Satangtung

Dalam menentukan waktu shalat, Islam pun pada waktu dahulu lebih menggunakan matahari. Contohnya kita menancapkan tongkat di tanah dan ketika bayangan tongkat sudah lebih panjang maka itu sudah masuk waktu shalat ashar. 

Waktu panonpoe satangtung ini menjadi penanda mau masuknya waktu shalat ashar sekitar pukul 03.00, karena bayangn kita sudah sama dengan tinggi badan sebenarnya.

15. Tunggang Gunung

Sudah masuk waktu sore hari matahari terlihat di sebelah barat yang terlihat sudah mau terbenam. Biasanya, kita akan melihat matahari seakan-akan ada persis di atas gunung. Tentunya ini sesuai dengan letak geografis orang sunda yang lebih banyak tinggal di perkampungan akan beda tentunya dengan penduduk di pinggir pantai.

16. Sariak Layung

Memasuki petang, atau matahari sudah mulai tenggelam, dan warnanya sudah mulai memerah pukul 17.30.

17. Erang-Erang

Hampir sama dengan sariak laying, tetapi ini lebih spesifik yaitu waktunya shalat Magrib. Matahari sudah tenggelam, hanya masih ada warna kemerahan yang masih terlihat.

18. Sareupna/Harieum Beungeut

Waktu ini adalah perpindahan dari siang menuju malam. Bentuk benda masih terlihat atau samar – samar yaitu sekitar pukul 18.30.

19. Sareureuh Gaang

Waktu gaang (anjing tanah, yaitu serangga tanag yang mengeluarkan suara seperti jangkrik) berhenti bersuara diperkirakan pukul 19.00.

20. Sareureuh Budak

Waktu ini ketika anak-anak harus sudah mulai tidur, lebih spesifik kepada anak-anak yang masih kecil, pukul 20.00.

21. Sareureuh Kolot

Istirahatnya orang tua disebut waktu sareureuh kolot, yaitu pukul 22.00. dilihat dari segi kesehatan, saat ini memang baik karena tidur tidak terlalu malam, bahkan waktu yang seharusnya untuk menyegerakan tidur.

22. Tengah Peuting

Merupakan waktu tengah malam.

Ternyata sejak zaman dahulu nenek moyang kita sudah bias menentukan waktu untuk beraktifitas selama satu hari satu-malam dengan jamnya mereka sendiri. 

Ada beberapa versi dari beberapa peneliti sebenarnya mengenai batasan waktu sehari semalam dalam kebudayaan sunda, tapi tidak menjadi masalah karena hanya ada sedikit perbedaan dan tidak terlalu signifikan.

Semoga bermanfaat.  

Mas Pujakusuma
Mas Pujakusuma "Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi" - Thomas Alva Edison

Posting Komentar untuk "Nama Waktu Sehari Semalam Dalam Kebudayaan Sunda"