Menyikapi Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural adalah hal yang tidak bisa dihindari. Apa saja contoh dari keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural tersebut?
Perbedaan profesi, suku, agama, warna kulit, pola pikir, tingkat ekonomi, dan lain-lain, adalah contoh-contoh keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat.
Tak jarang, keanekaragaman itulah yang menyebabkan terjadinya konflik horisontal di antara kelompok masyarakat. Misalnya, kelompok masyarakat menengah ke bawah merasa tidak terima dengan perlakuan kelompok masyarakat menengah ke atas karena dianggap melecehkan.
Begitupun, sebaliknya. Kelompok masyarakat menengah ke atas merasa terganggu dengan premanisme yang mungkin dilakukan oleh kelompok masyarakat menengah ke bawah.
Belum lagi, masalah kecemburuan sosial yang pasti akan selalu ada di antara mereka. Masalah-masalah tersebut merupakan akibat dari keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural.
Perbedaan Bukanlah Hambatan
Jangan selalu menyalahkan perbedaan karena perbedaan adalah hal yang sudah sewajarnya terjadi. Salahkanlah mengapa kita tidak bisa menyikapi perbedaan tersebut dengan lapang.
Memang, tidak mudah untuk menerima sebuah perbedaan. Apalagi, menyikapinya. Terlebih, praktik memang terasa jauh lebih sulit daripada teori.
Namun, hal tersebut bukan berarti kita berdiam diri saja dalam menyikapi perbedaan. Sesungguhnya, perbedaan bukanlah hambatan atau halangan dalam menjalin persaudaraan dan persatuan.
Dalam tatanan sosial, kita tentu akan mengenal berbagai macam karakter orang. Ada yang cuek, ingin tahu, suka ikut campur urusan orang lain, suka mengatur, usil, suka iri, suka bergosip, dan lain-lain.
Semua karakter tersebut muncul menjadi satu. Tak ada satu pun orang yang bisa mengendalikan orang lain. Itulah uniknya. Kita hanya bisa mengendalikan diri kita sendiri.
Cara Menyikapi Perbedaan
Kita harus menyadari bahwa setiap manusia diciptakan dengan latar belakang yang berbeda – beda. Kita mungkin berbeda suku, budaya, dan tentunya karakter diri kita. Bila kita sadar, kejengkelan yang ada di dalam hati karena perilaku buruk orang lain, seminimal mungkin tidak akan membuat kita sakit hati.
Masyarakat adalah buku, tempat belajar dan mengajar. Kadang, kita akan bertemu dengan orang yang suka bergosip, namun peduli dengan orang lain.
Kadang, kita juga akan bertemu dengan orang yang tidak suka mengurusi orang lain, namun cueknya minta ampun. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sadarilah hal itu.
Mungkin, kita akan tersinggung dengan perkataan tetangga yang menyakitkan atau perilaku tetangga yang seolah tidak peduli. Namun, percayalah semua itu bergantung bagaimana cara kita mengolahnya.
Hadapilah dengan senyuman sekalipun hal tersebut sangat susah. Bagaimana mungkin kita bisa tetap bersikap ramah, sementara hati kesal karena perlakuan yang tidak menyenangkan.
Tak kenal, maka tak sayang. Mungkin saja tetangga berbuat seperti itu karena belum mengenal kita 100 persen. Cobalah untuk terus berpikir positif meski hal tersebut tentunya sangat susah bila hati kita sudah telanjur sakit. Semua itu memang perlu pembiasaan. Ingat, perbedaan bukanlah hambatan!
Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural
Status sosial. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, hal tersebut tetap ada dalam masyarakat. Meskipun dikatakan bahwa semua manusia sama, secara implisit, masyarakat telah membuat status atau kelompok sosialnya sendiri.
Terlebih pada kelompok sosial dalam masyarakat multikultural, status sosial bisa sangat dirasakan keberadaannya. Dalam masyarakat multikultural, terdapat begitu banyak perbedaan. Baik perbedaan suku, agama, warna kulit, maupun perbedaan pemikiran.
Semua perbedaan tersebut bercampur menjadi satu kesatuan atau wadah. Dampak yang muncul adalah adanya beberapa pengelompokan yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Meskipun tidak ada peraturan tertulis yang menyatakan bahwa masyarakat berkelas tertentu harus bergaul dengan kelas masyarakat yang sama, nyatanya mereka melakukannya, sebagian besar.
Secara sederhana, kelompok sosial dalam masyarakat multikultural adalah sebagai berikut:
- Kelompok menengah ke atas.
- Kelompok menengah ke bawah.
Kelompok masyarakat menengah ke atas adalah kelompok masyarakat dengan status sosial paling tinggi. Boleh dibilang kelomok ini adalah kelompok yang menempati derajat yang “mulia”. Sebaliknya, kelompok menengah ke bawah merupakan kelompok masyarakat dengan status sosial yang paling rendah.
Biasanya, kelompok masyarakat menengah ke atas akan membuat kelompok atau grup mereka sendiri. Dalam sebuah acara arisan, misalnya. Kelompok menengah ke atas akan menentukan “fee” yang tinggi untuk sekadar arisan, misalnya 1 juta rupiah per minggu. Nyatanya, kelompok masyarakat seperti itu memang ada.
Dari segi gaya hidup, tentu gaya hidup mereka sangat tinggi. Mulai dari makan, pakaian, gadget, barang mewah seperti mobil, dan lain-lain, mereka miliki karena "persyaratan" untuk menjadi kelompok masyarakat menengah ke atas memang seperti itu.
Sementara itu, kelompok masyarakat menengah ke bawah adalah sebaliknya. Mereka lebih suka bergaul dengan kelompoknya.
Dalam mengadakan acara arisan pun, mereka tidak menentukan jumlah yang tinggi. Mungkin hanya sekitar 10 ribu rupiah sampai 100 ribu rupiah. Gaya hidup? Tentu tidak sama dengan gaya hidup masyarakat menengah ke atas.
Jurang Pemisah Kelompok Sosial Masyarakat Multikultural
Adanya perbedaan tersebut kadang membuat jurang pemisah yang dalam diantara si kaya dan si miskin. Ibarat sebuah pertunjukan sandiwara, si miskin memerankan peran yang tidak jauh-jauh dari pembantu atau pesuruh, sedangkan si kaya memerankan tokoh bos atau atasan.
Interaksi antara kedua masyarakat berbeda lapis tersebut tidak jarang menemui hambatan. Konflik kepentingan pun kerapkali terjadi di antara mereka. Yang di bawah ingin di atas, yang di atas tidak mau berbagi.
Kembali ke Fitrah
Sebenarnya, bila kita mau kembali ke fitrah bahwa “semua manusia diciptakan sama”, tidak akan ada konflik antara kedua kelompok tersebut. Posisi di atas, di tengah, atau di bawah, bisa berubah sewaktu-waktu. Bila semua mau sadar dan belajar, tidak akan ada yang namanya kecemburuan sosial. Hidup tidaklah statis!
Dalam ruang lingkup masyarakat multikultural kita dituntut untuk mengedepankan budaya tenggang rasa, saling hormat menghormati dan saling menghargai atas setiap perbedaan yang ada.
Dalam kondisi masyarakat yang seperti itu, perbedaan harus dijadikan sebagai sesuatu yang biasa dan tidak aneh sehingga tidak menjadi biang kerok terjadinya konflik di tengah masyarakat.
Jika seluruh elemen masyarakat sudah menyadari hal itu, maka semua perbedaan yang terjadi justru akan menjadi sesuatu yang unik dan bisa menjadi penguat dari lahirnya rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh.
Demikianlah ulasan singkat tentang Menyikapi Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural. Semoga ulasan diatas bisa menambah wawasan kita semua.
Posting Komentar untuk "Menyikapi Keanekaragaman Kelompok Sosial dalam Masyarakat Multikultural"