Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penggunaan Bahasa Sunda Sehari-hari

 

sumber gambar by kata mutiara on flickr.com

Menurut catatan sejarah bahasa Sunda pertama kali ditemukan pada sebuah prasasti dari abad keenam belas (meskipun ada dugaan bahasa Sunda ini sudah dipakai sebelum abad kesepuluh). 

Bahasa Sunda sehari-hari dulunya digunakan oleh masyarakat Jawa Barat mulai dari Banten hingga Cirebon ditambah beberapa daerah di Jawa Tengah, seperti Cilacap ataupun Magelang.
 
Namun saat ini, bahasa Sunda digunakan oleh masyarakat Jawa Barat. Apakah pernyataan ini tepat? Bagi Anda yang merasa memiliki bahasa ibunya bahasa Sunda, sudahkah memakai bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari? Jika sudah, seberapa tepat penggunaannya? Jika belum, kenapa belum?
 
Begitu banyak pertanyaan yang bisa diajukan (lebih banyak lagi jawaban-jika tidak bisa disebut alasan) mengenai penggunaan bahasa Sunda dalam keseharian kita. Menurut para ahli linguistik, dikatakan bahwa bahasa Sunda termasuk dalam salah satu bahasa yang sukar untuk dikuasai.
 
Mengapa demikian? Bahasa Sunda memiliki hampir sepuluh juta kosakata. Bahasa Sunda juga bertambah rumit jika berkaitan dengan undak usuk basa (tingkatan bahasa). Satu makna kata memiliki 4 kosakata yang berbeda tergantung situasi serta lawan bicara. 

Meski dewasa ini hampir tidak pernah digunakan, bahasa Sunda juga memiliki bentuk tulisan yang berbeda dibandingkan dengan huruf latin yang umum digunakan pada masa sekarang.
 
Bahasa Sunda juga semakin menantang karena keragaman huruf vokal yang wajib dikuasai. Atas dasar itulah penggunaan bahasa Sunda sehari-hari jarang digunakan. Namun apakah alasan itu tepat? Atau ada alasan yang lebih mendasar dan penting?
 
Penulis pernah melakukan penelitian kecil mengenai penggunaan bahasa Sunda ini. Sembilan dari sepuluh responden mengaku bisa berbahasa Sunda. Namun hanya satu responden yang merasa bahwa dirinya sanggup berbahasa Sunda yang baik dan benar sesuai dengan kaidah yang ditentukan. 

Pada umumnya, mereka mengaku bahwa bahasa Sunda yang digunakan adalah bahasa Sunda asal ada. Mereka tidak terlalu memperhatikan ketepatan pemilihan kosakata.
 
Selain itu, mereka memakai kosakata apapun yang bisa digunakan (meskipun kosakata tersebut cenderung kasar). Untuk itu, bahasa Sunda sehari-hari yang digunakan oleh masyarakat Sunda tidak terlalu berterima. 

Ada sebagian pendapat yang mengatakan bahwa saat ini, bahasa Sunda sudah jarang digunakan oleh anak-anak muda karena mereka tidak merasa bangga dengan jati diri dan kesundaannya.
 
Mereka malu memakai bahasa Sunda dalam kehidupan sehari-hari karena menganggap bahasa Sunda itu kuno, kolot, dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman. 

Namun perlu diketahui bahwa pendapat tersebut tidaklah benar-benar tepat. Masyarakat Sunda sebenarnya bangga dengan identitas kesundaannya.
 
Mereka akan dengan senang hati menunjukan bahwa dirinya adalah orang Sunda. Namun, jika benar orang sunda bangga diakui sebagai orang Sunda, kenapa bahasa Sunda sehari-hari sudah mulai jarang terdengar di tatar Sunda? 

Kembali ke masalah awal mengenai kesulitan berbahasa Sunda. Penggunaan bahasa Sunda sehari-hari hanya lazim ditemui dalam percakapan antar teman sebaya (antara pemuda dengan pemuda, orang tua dengan orang tua lainnya). Jarang terdengar bahwa penggunaan Bahasa Sunda ini terjadi pada lintas generasi.
 
Alasannya? Karena mereka tidak benar-benar menguasai bahasa Sunda. Salah satu contoh paling nyata adalah para orang tua di daerah perkotaan punya kecenderungan untuk menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. 

Alasannya adalah mereka merasa bahwa Bahasa Sunda yang mereka pakai kepada anak-anaknya akan terasa terlalu kasar untuk diungkapkan (meskipun sesungguhnya kata dahar memang selayaknya dipakai pada seseorang yang lebih muda).
 
Kerancuan inilah yang mengakibatkan bahasa Sunda sehari-hari menjadi tidak berjalan secara optimal. Berkenaan dengan "kehalusan" bahasa, pada pasangan muda yang sedang menjalin kasih sangat jarang terdengar dalam percakapannya mereka menggunakan bahasa Sunda. Mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia.
 
Mengapa demikian? Ada dua alasan hal tersebut bisa terjadi, yang pertama adalah karena keduanya tidak benar-benar memiliki pengetahuan kosakata yang baik dengan bahasa Sunda. 

Kedua adalah pengaruh kesetaraan gender yang menganggap bahwa laki-laki dan perempuan adalah setara, sedangkan dalam bahasa Sunda terdapat perbedaan penggunaan bahasa untuk feminin dan maskulin.
 
Bentuk feminin bahasa Sunda sehari-hari cenderung menggunakan kosakata yang lebih rendah. Atas alasan itulah para wanita tidak mau menggunakannya karena merasa direndahkan. 

Sementara itu, jika menggunakan bahasa Sunda maskulin, tata krama dalam masyarakat melarang wanita untuk berkata kasar. Kembali kerancuan yang terjadi, pada akhirnya bahasa Sunda tidak dipakai dalam asmara.
 
Dalam program ajar masa sekarang ini, kurikulum bahasa Sunda hanya hingga tingkat SMP. Hanya beberapa SMA yang masih memasukan Bahasa Sunda dalam kurikulumnya. Sementara sebagian besar SMA lebih memilih memasukan bahasa-bahasa lain semisal Prancis, Jerman, Jepang, dan sebagainya.

Untuk apa sebenarnya ini dilakukan? Apakah mereka berniat merekomendasikan para siswanya untuk melanjutkan sekolah di luar negeri sehingga perlu membekalinya dengan pengetahuan bahasa? Entahlah.
 
Hal ini menjadikan bahasa Sunda sehari-hari hanya menjadi sebuah mimpi. Pengajaran bahasa Sunda di tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama pun bisa dibilang tidak terlalu baik. 

Para pengajar hanya menjejali siswa dengan pengetahuan kosakata tanpa mendorong mereka untuk menggunakannya dalam kehidupan kesehariannya.
 
Pola pengajaran seperti ini akan sama saja dengan anak-anak diajari main bisbol sementara lapangan bisbolnya sendiri sangat jarang tersedia. Bahasa itu berkaitan erat dengan pemakaiannya. 

Semakin sering dipakai maka akan semakin mahir seseorang, dan pemakaian bahasa itu sangat dipengaruhi oleh rangsangan lingkungan sekitar.
 
Sebenarnya pemerintah sudah mendorong agar bahasa Sunda sehari-hari bisa digunakan oleh segenap lapisan masyarakat. Mulai 20 Mei 2012 kemarin telah disahkan sebuah peraturan daerah tentang penggunaan bahasa Sunda sehari-hari.
 
Isi perda tersebut kurang lebih menekankan pada setiap instansi pemerintahan, lingkungan pendidikan, maupun masyarakat pada umumnya agar menggunakan bahasa Sunda setiap hari Rabu. 

Perda ini diharapkan bisa memberi rangsangan kepada setiap lapisan masyarakat agar para pemakai bahasa Sunda mau tidak mau harus menggunakan bahasa ibunya.
 
Langkah yang sangat baik sesungguhnya karena dengan begitu timbul kesadaran bahwa bahasa Sunda sehari-hari sudah selayaknya digunakan oleh masyarakat Sunda. Untuk kemudian dipelihara dan lebih dipelajari. 

Berikut ini kami berikan beberapa saran mengenai penggunaan bahasa Sunda sehari-hari:
 
1. Mulailah dengan menggunakan bahasa Sunda dalam setiap kesempatan yang memungkinkan. Jika masalahnya adalah ketidaktepatan pemilihan kosakata, JANGAN PEDULIKAN. 

Segala sesuatu bermula dari kemauan untuk menggunakan. Seperti umumnya sebuah bahasa, bahasa Sunda pun akan makin terasah tajam jika terus-menerus dipakai.
 
2. Tanamkan dalam pikiran bahwa bahasa Sunda pernah menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah kebangsawanan. Studi tentang bahasa Sunda juga sejak dulu digemari oleh bangsa-bangsa asing.

Mereka merasa bahwa bahasa Sunda itu salah satu bahasa yang agung, luhur tata bahasanya, dan halus masyarakat pemakainya. Untuk itu, jika Anda ingin dianggap sebagai orang berpendidikan, mulailah menggunakan bahasa Sunda sehari-hari mulai dari sekarang.
 
3. Bahasa itu menunjukan identitas sebuah bangsa. Bangsa yang bisa memelihara bahasanya tentunya akan dipandang sebagai bangsa yang beradab. Karena peradaban ditopang oleh bahasa. Jika Anda merasa sebagai orang Sunda, kenapa anda tak berani menggunakan bahasa Sunda sehari-hari?
 
 4. Berkaitan dengan bahasa yang makin tajam dengan intensitas pemakaian. Sudah selayaknya pula kita belajar mengenai aspek-aspek kebahasaan yang benar. Jika pengetahuan kosakata bahasa Sunda Anda masih sedikit, pengetahuan tata bahasa Sunda Anda masih minim, tak pernah ada salahnya untuk mulai belajar.
 
Hal ini dilakukan atas dasar jika memang diperlukan. Bukankah Tuhan akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu? 

Demikian artikel tentang penggunaan bahasa Sunda sehari-hari ini ditulis. Semoga memberi pencerahan dan semangat kepada pembaca bahwa melestarikan bahasa Sunda itu perlu.

Mas Pujakusuma
Mas Pujakusuma "Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi" - Thomas Alva Edison

Posting Komentar untuk "Penggunaan Bahasa Sunda Sehari-hari"