Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Macam-Macam Budaya Jawa Barat

 

 image by dhannidaelami on flickr.com

Selain melalui bahasa, budaya jawa barat dapat dilihat dari adat-istiadat atau kebiasaan yang bersifat ritual dan religius yang sampai saat ini masih dilestarikan dan dipakai oleh orang-orang Sunda modern. Sebagian adat istiadat budaya Sunda yang masih dipakai sebagai berikut:

Beberapa Budaya Jawa Barat

1. Upacara seren taun

Upacara yang diadakan atau diselenggarakan pada akhir masa panen, nama seren taun berasal dari kata "seren" yang artinya serah, menyerahkan, atau menerima, dan "taun" yang artinya tahun. Jadi, Upacara seren taun memiliki makna menerima tahun yang lalu ke tahun yang akan datang sebagai penggantinya.

Upacara ini mempunyai makna sebagai sarana mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat hasil panen yang telah diterima pada tahun ini. Pada masa lalu upacara seren taun ini dipersembahkan kepada dewi padi dalam kepercayaan masyarakat Sunda kuno.

Wilayah Jawa Barat yang masih menggelar upacara seren taun adalah Kuningan, Cisolok (Sukabumi), Bogor, Banten, dan beberapa wilayah di Tasikmalaya.

2. Upacara pesta laut

Upacara ini biasanya diadakan di wilayah pesisir laut seperti di daerah Pelabuhan Ratu (Sukabumi) dan Pantai Pangandaran (Ciamis). Dalam upacara ini perahu, perahu yang digunakan untuk mencari ikan dihias menjadi warna-warni dan diberi sesajen di atasnya berupa kepala kerbau yang dibungkus kain putih.

Upacara pesta laut bermakna sebagai salah satu sarana ucapan dan bentuk rasa syukur serta permohonan keselamatan dan mendapatkan hasil tangkapan ikan laut yang melimpah. Upacara ini diadakan setahun sekali dan diadakan secara meriah, sehingga menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.

3. Upacara Sunatan/sepitan

Upacara sunatan ini diadakan pada saat anak laki-laki akan dikhitan sebagai salah satu syarat utama sebagai pemeluk agama Islam. Upacara sunatan/sepitan biasanya diadakan mulai dari pagi hari sampai malam hari.

Biasanya sebelum anak akan disunat, anak akan diarak keliling kampung dengan diiringi kesenian daerahnya masing-masing. Misalnya saja, Tanjidor di Bekasi, Sisingaan di Subang, atau Kuda Renggong di Sumedang.

Pada saat akan prosesi sunat atau khitan, disiapkan ayam jantan, petasan, dan macam-macam tatabuhan (alat musik pukul seperti rebana). Saat ayam jantan disembelih, petasan dinyalakan, dan tatabuhan dimainkan dengan nyanyian marhaban, anak pun disunat/di khitan.

Setelah proses khitan selesai, maka tetangga, kerabat, dan para tamu undangan berdatangan dengan menikmati hidangan yang sudah disediakan dengan memberikan uang kepada anak yang dikhitan. Pada malam harinya biasanya diadakan malam kesenian Sunda, misalnya dengan wayang golek, kacapian, atau tarling.

Makna Upacara ini sebagai upaya untuk membahagiakan anak yang disunat agar melupakan rasa sakit yang diderita setelah disunat dan sebagai upaya rasa syukur dan mohon kesejahteraan dan keselamatan dunia akhirat bagi si anak yang baru di khitan.

4. Upacara Tingkeban

Upacara ini diselenggarakan pada masa kehamilan dengan usia 7 bulan. Tingkeban yang mempunyai arti "tutup"

Makna tutup di sini adalah sang suami tidak boleh mencampuri istrinya sampai pada hari ke 40 setelah melahirkan dan sang ibu sudah tidak boleh mengerjakan pekerjaan yang berat lagi agar tidak membahayakan kondisi bayi yang dikandungnya.

Prosesi ini dimulai dengan memandikan ibu dengan air yang biasanya ditaruh di gentong dengan air dari 7 sumur dan kembang 7 macam dan dimandikan oleh 7 orang kerabat terdekat, upacara ini dipimpin oleh paraji.

Sang ibu yang sedang dimandikan menggunakan kain batik 7 helai yang dipakaikan secara bergantian setiap guyuran air. Dan pada guyuran ke 7 atau guyuran yang terakhir akan dimasukkan belut hingga menyentuh perut calon ibu.

Proses dimasukkannya belut mempunyai arti agar proses lahir bayi dapat berjalan lancar licin seperti belut. Pada saat yang bersamaan dengan jatuhnya belut ke perut sang ibu, dipecahkannya kelapa gading oleh sang suami yang telah diberi gambar wayang. Dengan makna, anak yang dilahirkan bersih dan manis seperti kelapa gading dan diberi keselamatan dunia akhirat.

Setelah ibu selesai dimandikan dan di rias, sang ibu berjualan rujak dengan bahan rujak terdiri dari 7 macam buah yang berbeda. Ibu berjualan rujak kepada tamu yang datang, dengan alat tukarnya adalah "gepeng", yaitu genteng yang dibuat menjadi bulat seperti koin.

Saat sang ibu berjualan rujak, sang suami membersihkan alat-alat mandi sang ibu, upacara ini selesai berbarengan dengan habisnya rujak yang dijual sang ibu.

5. Upacara Pernikahan

Setiap daerah mempunyai adat istiadat pernikahannya sendiri-sendiri. Budaya Jawa Barat, upacara pernikahan mempunyai 8 tahapan. 

Berikut ini beberapa tahapan upacara pernikahan di Jawa Barat.

1. Muka Panto

Diawali dengan pembicaran kedua orang tua calon mempelai mengenai rencana menikahkan kedua anaknya. Tahap ini disebut juga dengan sebutan "nendeun omong" yang artinya pihak perempuan memegang janji atas suntingan dari pihak laki-laki. 

2. Lamaran atau meminang

Hampir sama dengan tahap muka panto, yaitu bertemunya kedua calon besan, yang membedakannya adalah pihak laki-laki membawa makanan dan simbol pengikat yang biasanya adalah sebuah cincin untuk pihak perempuan. Dalam tahap ini, kedua belah pihak menentukan tanggal, waktu, dan tempat akan dilaksanakannya pernikahan.

3. Tunangan

Proses ini ditandai dengan "patukeur beubeur tameur" atau saling bertukar ikat pinggang. Ikat pinggang yang biasanya dipakai, biasanya berwarna pelangi.

4. Seserahan

Sebelum hari pernikahan tiba, pihak laki-laki membawa "seserahan" berupa uang, pakaian, ddan lain sebagainya yang disimpan pada tempat yang sudah dihias.

5. Ngeuyeuk Seureuh

Pimpinan dalam tahap ini disebut "pangeuyeuk", diawali dengan prosesi memberikan simbol-simbol nasehat dan memberikan doa restu kepada kedua calon mempelai. 

Diiringi lagu yang dinyanyikan oleh pangeuyeuk dan di sawer/siram beras sebagai simbol agar hidup penuh dengan kesejahteraan.

Selanjutnya "dikeprak sapu lidi" yang artinya memupuk kasih sayang dan giat bekerja di antara kedua mempelai. Lalu, membuka kain putih "pangeuyeuk" yang bermakna pernikahan yang suci dan belum ternoda.

Membelah mayang jambe/pinang oleh mempelai pria yang artinya akan mengasihi dan saling menyesuaikan diri. Dan, diakhiri dengan menumbuk alu ke dalam lumpang sebanyak 3 kali.

6. Membuat lungkun

Lungkun terbuat dari daun sirih yang disilangkang, menandai bahwa jika kedua mempelai mendapatkan rejeki harus dibagi-bagikan, tidak boleh pelit.

7. Berebut uang

Uang dilempar di bawah tikar dan diperebutkan oleh kedua mempelai  yang bermakna agar kedua mempelai berlomba-lomba mencari rejeki.

8. Prosesi Akad Nikah pada hari yang ditentukan  

Pada hari pernikahan sudah ditentukan sebelumnya terdapat 8 tahap, yaitu 

  • Menjemput pengantin.
  • Menyambut calon pengantin (Ibu pengantin wanita akan mengalungkan bunga kepada pengantin pria).
  • Akad nikah/ijab qobul (dilakukan oleh petugas dari kantor KUA setempat).
  • Sungkeman (minta restu)
  • Wejangan (pemberian nasehat dari ayah pengantin wanita)
  • Saweran
  • Meuleum Harupat (menyalakan lilin)
  • Nincak Endog
  • Muka Panto

Itulah sebagian adat-istiadat yang ada di daerah Jawa Barat, selain yang disebutkan di atas, masih ada lagi upacara adat ekahan dan upacara adat kematian.

Nilai-nilai budaya di Jawa Barat yang terkandung melalui prosesi upacara adat, membentuk dan menjadi karakteristik orang Sunda, untuk bertutur kata halus, selalu menghormati orang tua, dan mematuhi aturan-aturan yang ada, sehingga ada istilah "pamali" jika ada pelanggaran akan aturan adat tersebut.

Selain itu, makna saling menghormati, mengasihi, dan berbagi dalam berhubungan dengan masyarakat dengan tidak lupa akan nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa terkandung di setiap terselenggaranya upacara adat tersebut.

Semakin dalam pengetahuan akan keragaman budaya Indonesia, mudah-mudahan semakin memupuk kecintaan kita akan bangsa ini sebagai kesatuan yang utuh. Demikian beberapa budaya Jawa Barat yang dapat Anda pelajari. Semoga bermanfaat.

Mas Pujakusuma
Mas Pujakusuma "Visi Tanpa Eksekusi Adalah Halusinasi" - Thomas Alva Edison

Posting Komentar untuk "Macam-Macam Budaya Jawa Barat"